Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengungkap Peninggalan Sejarah di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri Jejak Peradaban Terlupakan

Mengungkap Peninggalan Sejarah di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri Jejak Peradaban Terlupakan

Waduk Gajah Mungkur, terletak di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, adalah sebuah kawasan yang mengalami perubahan drastis terkait debit air selama musim kemarau. Fenomena ini telah mengungkapkan berbagai jejak peninggalan dari masa lalu saat kawasan ini masih berupa permukiman sebelum waduk ini dibangun.

Pada masa musim kemarau, debit air waduk menurun secara signifikan, membuat dasar waduk terlihat dan dapat dilalui di sejumlah titik yang biasanya terendam selama musim hujan. Hal ini memungkinkan pengamatan lebih mendalam terhadap kawasan yang pernah menjadi tempat tinggal bagi masyarakat sebelum pembangunan waduk.

Waduk Gajah Mungkur, mulai dibangun pada tahun 1974, merupakan proyek ambisius yang mengharuskan tenggelamnya sebanyak 51 desa dan pemindahan lebih dari 13.000 kepala keluarga. Di balik dampak sosial yang signifikan ini, terdapat kisah sejarah yang tersembunyi di dasar waduk saat air surut selama musim kemarau.

Kawasan yang pada masa musim hujan tenggelam oleh air waduk, kini menjadi lahan yang menghijau dan produktif untuk pertanian selama musim kemarau. Peninggalan-peninggalan bersejarah, seperti bekas jalan utama Wonogiri-Purwantoro, jembatan, sumur, bekas fondasi rumah, dan makam, kini dapat terlihat saat musim kemarau tiba.

Salah satu wilayah yang dapat disaksikan perubahan ini adalah Kecamatan Wuryantoro, terutama di sebelah selatan Pasar Wuryantoro. Di sini, terdapat jejak-jejak masa lalu yang dapat memberikan gambaran kehidupan sebelum waduk ini ada. Batu nisan dengan tulisan tahun 1956 masih terbaca, mengingatkan kita pada masa yang sudah lama berlalu.

Tak hanya menjadi lahan pertanian dan mengungkap peninggalan masa lalu, kawasan ini juga menjadi tempat untuk menikmati keindahan alam saat matahari terbenam. Beberapa orang datang untuk menikmati pemandangan sunset, dan sebagian lainnya membawa alat pancing untuk mencari ikan di bagian waduk yang masih digenangi air.

Bagi para wisatawan yang tertarik dengan sejarah dan ingin menyaksikan peninggalan masa lalu di Waduk Gajah Mungkur yang terungkap selama musim kemarau, disarankan untuk mengunjungi kawasan ini sebelum musim hujan tiba. Inilah saat yang tepat untuk menelusuri jejak peradaban yang pernah ada di kawasan ini sebelum menjadi waduk yang kita kenal sekarang.

Dengan memahami sejarah dan melihat dampak dari musim kemarau terhadap waduk ini, kita dapat lebih menghargai warisan budaya dan mengambil pembelajaran untuk konservasi dan pengelolaan sumber daya air yang lebih baik di masa depan. Waduk Gajah Mungkur, selain menjadi sumber air penting, juga menyimpan cerita-cerita masa lalu yang harus dijaga dan diabadikan untuk generasi mendatang.